Selasa, 28 Juni 2011

Cintamu membuat Cantikku. Sebuah persembahan untuk sejuta cinta

Cantik. Siapa yang tidak ingin menjadi cantik, atau disebut cantik, bahkan dinobatkan “Anda Cantik”. Semua orang pasti ingin menjadi cantik. Wanita akan selalu berbunga-bunga bahkan bisa-bisa senyum kanan kiri 5 cm jika dengan tulus dikatakan “subhanalloh, cantik sekali kamu hari ini”. Percayalah, wanita pasti menyukainya. Bisa jadi dia cengar-cengir seharian di depan cermin, hanya untuk memastikan, oh apakah saya cantik beneran? Bagian mana yang bikin saya cantik hari ini?. Bisa juga wanita yang sudah diberi dukungan untuk cantik, dia akan menjadi cantik beneran, padahal awalnya tidak cantik (ini analisa konyol, jadi jangan terlalu percaya 100%, 99 % boleh lah). Eiiitsss, tunggu dulu. Banyak hal yang perlu digarisbawahi. Setiap wanita memiliki karakter dan prinsip hidup yang berbeda-beda. Tidak semua orang mau dipuji cantik selain oleh suaminya, atau muhrimnya. Mereka cenderung menampakkan ekspresi sebal, kesal bahkan siap-siap saja sepatu melayang atau cacian malah. Mereka sedih, kecantikannya membawa “Mudhorot” bagi hidupnya dan orang lain. Menjadikannya jauh dari kebaikan. Mereka sangat menjaga pesona yang dipancarkannya dari segala kemungkinan yang bisa saja terjadi. Kalaupun dia cantik hari ini dan seterusnya, dia hanya ingin persembahkan itu untuk suaminya. Ada juga wanita yang biasa saja, dipuji cantik ya Alhamdulillah, tidak ya ndak papa. Nothing spesial. Karena dia memiliki definisi sendiri soal cantik dan kecantikan. Ada pula wanita yang sangat narsis, setelah dipuji cantik, malah melayang-layang, seneng banget tiada tara. Hoho, Anda termasuk yang mana? Silahkan memilih dan menempatkan diri.
Cantik itu mudah, semua wanita dilahirkan untuk cantik, itu pasti. Namun luasnya dunia cantik membuat orang kalang kabut mendefinisikannya. Banyak wanita jungkir balik melakukan segala cara untuk menjadikan wajahnya cantik. Wanita yang merasa wajahnya pas-pas an (baca : pas jelek, pas kucel, pas berantakan, pas jerawatan, pas berminyak, he he he), tapi tidak percaya diri dan ingin tampil begitu cantik serta memukau di depan semua orang, apalagi seorang publik figur (baca : seleb) akan menghalalkan berbagai cara untuk menyulap wajahnya menjadi “cantik”. Mengkonsumsi berbagai bermacam produk kecantikan, mengikuti tratment kecantikan dalam berbagai bentuk, bahkan operasi plastik pun dilakoni. Itulah definisi cantik jika dilihat dari segi fisik. Demikian hebatnya kekuatan “cantik” bukan?
Lalu, pernahkan Anda melihat seorang berparas biasa saja. Wajahnya sederhana namun bersih berseri-seri. Tanpa make-up, tanpa aneh-aneh dalam kesehariannya. Pancaran air wudhu menjaga pesonanya, memancarkan keindahan alami yang tak pudar oleh air, panas, bahkan dalam tidurnya sekalipun. Sungguh biasa perangainya. Namun hatinya, hatinya sungguh mulia, tutur katanya menenangkan, santun perilakunya, sopan busananya (baca : tertutup auratnya dan syar’i),  anggun sikapnya. Over all, dia sungguh sedap dipandang, menyejukkan, menyihir semua mata yang memandang. Sungguh cantik wanita itu.
Setiap orang berhak menilai dan memilih. Jika ada wanita sungguh cantik paras fisiknya, namun naudzubillah sungguh tercela perilakunya, dan ada wanita biasa saja perangainya, namun sungguh luar biasa hatinya, perilakunya, mana yang Anda sebut cantik? Ayunya paras muka, moleknya wajah manusia, itu semua bisa dibeli. Jika uang sudah dikantongi, semua orang bisa menjadi cantik. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk merawat kecantikannya. Semua itu bisa dibeli dengan uang. Namun hati? siapa yang mampu membeli hati yang cantik? Kecantikan adalah cermin hati, pancaran tulus dari hati yang tak pernah bisa terbeli.
Ketika seseorang mengatakan saya cantik, saya tidak percaya. Karena memang saya tidak secantik wanita-wanita yang selayaknya masuk dalam nominasi Puteri Indonesia. Yah, kurang lebihnya seperti itu. Setiap waktu, setiap detik adalah perubahan. Setiap orang boleh berubah lebih baik. Ketika masih kecil, masih di bangku sekolah, kuliah, dan sekarang ini. Banyak orang yang mungkin sangat pangling melihat saya (lah kok PD). Saya yang dulu sangat cuek dengan segala penampilan diri saya, kini mungkin sedikit ‘care’. Saya tidak memiliki segala pernak pernik alat make-up. Saya tidak tahu bagaimana cara untuk bersolek. Saya tidak mengerti produk-produk apa yang cocok untuk saya. Saya sangat asing dengan dunia perawwatan kecantikan. Saya tidak tahu bagaimana merawat diri sendiri, atau bahkan memanfaatkan jasa kecantikan. Jujur, saya sangat parah dalam hal ini. Dan yang paling penting adalah, tidak ada alasan bagi saya untuk bersolek dan sejenisnya. Buat apa? Bagi saya, itu membuang-buang waktu dan biaya. Bagi saya, sekedar mandi, membersihkan muka, ya semua yang serba standart, itu sudah cukup. Yang penting kita terlihat bersih dan segar.
Seiring berjalannya waktu, saya mengerti dan akhirnya saya menemukan alasan untuk mempercantik diri. Belahan jiwa saya, imam saya, pelindung saya, pendamping saya. Untuknyalah alasan yang sesungguhnya. Anugerah dari Alloh berupa paras ini selayaknya terus dijaga waktu demi waktu. Untuk siapa? Dengan tegas saya akan jawab, untuk suami. Bagi saya, tidak ada tempat yang paling utama  untuk menjadi cantik kecuali di depan suami. Mempersiapkan segala bentuk pembelajaran untuk menjemput itu semua, adalah proses yang saya lalui. Sekedar ” Tahu” saja, itu sudah sangat cukup dan sebuah prestasi bagi saya yang mulai dari nol. Mungkin bagi wanita pada umumnya, itu semua adalah step yang wajar dan sudah lama berlalu. Namun tidak bagi saya. Saya baru saja tahu dan mau tahu, saya mau peduli. Lalu apakah saya melakukan banyak cara sebagai bentuk wujud kepedulian saya itu? Tidak, saya tetap seperti biasa, sehari-hari juga seperti biasa. Saya tidak perlu mengagendakan aktifitas untuk menghabiskan uang di salon, membeli produk-produk mahal, tidak. Saya tidak melakoni itu semua. Saya cukup melakukan hal sewajarnya dengan hati, dengan peduli, dengan tangan saya sendiri.
Lebih dari itu semua. Lalu bagaimana definisi cantik (baca : menurut saya)? Bagi saya, cantik adalah pancaran pesona kebahagiaan dari hati. Setiap senyum yang kita simpulkan itu adalah simbol kebahagiaan dan ketulusan. Hati yang damai, bahagia, sejuk, akan membawa energi indah yang tersebar ke seluruh tubuh termasuk paras yang ayu. Seseorang yang jatuh cinta, pasti dia akan senyum-senyum geli sendiri. Bahkan tidak mandi pun cantik. Bangun tidur menghadap ke cermin, dan sambil senyum. Mandi sambil menyanyi meski suara sangat cempreng. Memakai baju senyum. Memakai jilbab dengan senyum. Memakai sepatu dengan senyum. Berjalan dengan senyum, menatap indahnya dunia. Bekerja dengan senyum. Semuanya dengan senyum kebahagiaan. Orang yang mau menikah, sudah tahu bahwa kebahagiaan begitu besar menanti. Alasan apa yang membuat setiap pasangan yang ingin menikah dengan cinta, tidak bahagia? Mereka tampak lebih cantik dari hari biasa bukan? Para pejabat yang naik pangkat, setiap orang yang berhasil meraih prestasi, aura kebahagiaannya terpancar begitu merona.
Jadi sekali lagi, baju mahal, pernak pernik mewah, produk-produk kecantikan, segala bentuk treatment, itu semua hanyalah asesoris yang bisa dibeli. Namun bagi saya menjadi cantik karena kebahagiaan itu lebih manis. Jadi mari berbahagia, untuk membuat hidup lebih cantik. Terimakasih insipiratorku, hanya ini yang bisa aku persembahkan. Bukan kecantikan dan paras yang rupawan. Bukan cantik yang membuat cinta, tapi cinta yang membuat cantik. Kebahagiaan yang engkau berikan, selalu mempercantik hari-hariku. Semoga Alloh membalas semuanya dengan cintaku.
Cintamu membuat Cantikku. Sebuah persembahan untuk sejuta cinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar